Kali ini saya akan mencoba membuat sebuah tulisan dengan kata pilihan tanpa “r”, jadi kalimat di tulisan ini wajib menggunakan padanan kata yang semakna. Oke, akan saya mulai dengan definisi kata ilmu yang saya ambil melalui KBBI di website Kemendikbud yaitu “Pengetahuan tentang suatu bidang”.
Ilmu ini meliputi banyak hal, dengan ilmu kita bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah dan tepat. Ambil contoh, dengan ilmu tentang menggunakan sepeda kita bisa naik dan mengemudikannya. Contoh lagi, dengan ilmu blog misalnya kita bisa memanfaatkan aktivitas online menjadi sebuah tulisan melalui media blog.
Ilmu ini bisa didapatkan melalui banyak usaha, tidak mesti di sekolah. Kini media online membawa banyak kemudahan bagi siapa saja untuk mengambil ilmu tentang segala hal, tinggal bagaimana kita mau memanfaatkan hal itu.
Bagi sebagian manusia, online itu identik dengan media sosial. Tidak salah memang, pada awalnya belum banyak situs yang membagi ilmu cuma-cuma melalui online.
Kalaupun ada yang membagi ilmunya belum sebanyak saat ini, sampai munculnya Google yang semua manusia tidak asing lagi. Dengan website ini kita bisa menemukan ilmu atau info tentang apa saja.
Sampai-sampai ada kalimat, “Tanya Saja Mbah Google”. Padahal Google hanya menyajikan data yang ada di jagat dunia maya kepada penggunanya. Tapi kemudahan penggunaan Google membuatnya lebih dikenal ketimbang membuka langsung Wikipedia.
Google laksana taman bacaan yang sangat luas dengan begitu banyak koleksi buku. Di situs ini kita bisa menemukan banyak hal tentang ilmu, ya tentu saja ada yang negatif dan positif.
Manusia bijak tentu mengambil ilmu positif yang bisa menguntungkan baginya atau pihak lain. Tahukah Anda? Mengakses Google itu tanpa biaya lain halnya dengan televisi langganan, kecuali membeli paket data. Lalu bagaimana Google bisa tetap online?
Padahal biaya untuk menyiman data sebanyak itu membutuhkan biaya yang sangat banyak. Sudah bisa ditebak kalau model bisnis Google sama dengan televisi yang kita tonton, apalagi kalau bukan iklan?
Hal ini kemudian diikuti pihak lain sehingga kini mudah untuk menemukan sebuah ilmu tentang langkah membuat blog misalnya.
Pada laman website biasanya ada iklan atau tautan afiliasi dengan penyedia layanan domain atau hosting yang nantinya si penulis akan mendapatkan komisi ketika ada yang membelinya.
Tunggu dulu, kenapa saya jadi membahas tentang model bisnis iklannya Google? Sepintas ini menjelaskan kepada kita kalau ilmu itu pada asalnya tidak disediakan cuma-cuma.
Lihat saja Google tadi dan website edukasi misalnya, ada pihak yang menanggung biaya maintenance dan bahkan menjadi penghasilan yang sangat menguntungkan.
Jadi pada asalnya semua pihak diuntungkan, kita bisa mendapatkan ilmu tanpa biaya sedangkan pihak penyedia ilmu dan info tadi mendapatkan penghasilan melalui pihak ketiga yang mendukung kelangsungan website dengan iklan.
Salah satu kunci untuk mendapatkan ilmu adalah bahasa. Untuk bisa mendapatkan ilmu ada satu bahasa yang minimal wajib kita kuasai. Bahasa asing itu adalah bahasa yang banyak digunakan oleh penduduk di belahan bumi dengan 4 musim, misalnya Kanada.
Dengan ilmu kita bisa mengambil sikap ketika ada isu, info palsu dan hal menyesatkan lainnya. Baik itu tentang agama, bisnis, lingkungan, politik atau yang lainnya. Dengan memiliki ilmu kita tidak mudah meyakini sebuah info baik di media cetak atau dunia maya.
Apalagi saat ini media sosial bebas digunakan siapa saja. Ditambah lagi sekelompok pengguna media sosial yang memanfaatkannya untuk mendulang uang tanpa peduli yang dibagikannya itu fakta atau hoaks, asalkan bisa membuat heboh dan tayangannya melonjak tajam.
Sekian dulu tulisannya. Susah juga menulis tanpa “r”, tetapi hal ini menambah minat saya untuk menelaah lebih jauh tentang kaidah bahasa Indonesia yang tepat sekaligus juga menambah ingatan saya dengan kosakata dalam bahasa Indonesia.